Sudah hampir 2 tahun ini gue
terobsesi oleh yang namanya percintaan laki-laki dengan laki-laki. Jika mama
gue tahu anak ceweknya memiliki hobi seperti ini, matilah gue. Meskipun gue
enggak terlalu fanatik, tetapi jika penyakit gue mulai kambuh, gue bisa menghabiskan
waktu berhari-hari untuk melampiaskan keinginan gue itu. Dari nonton film
romantis gay, yang dulu suka gue tonton adalah Queer as Folk, tetapi filmnya
terlalu vulgar dan banyak mengusung pornografi, habis membaca ini diharapkan
para pembaca jangan jadi penasaran kemudian nonton tuh film yah...
Gue lebih suka kisah yang mengusung
hal-hal romantis, ibarat yang maen adalah Vannes Wu dengan Joong-ki.
*kalau pada penasaran muka Joong-ki kyk apa, ini fotony..
ganteng kan??
“Kamu tahu kenapa aku milih kamu?”
Tanya Vannes Wu sambil mengenggam tangan jemari Joong-ki dengan lembut.
“Kenapa?” Tanya Joong-ki polos.
“Karena senyum-mu ibarat mentari
pagi yang selalu bersinar.”
“Ihh.. kamu gombal deh” Cubit Joong-ki
gemes, sambil memukul-mukul lengan Vannes Wu manja.
Kemudian mereka berciuman dengan
latar kuburan jeruk purut, diintip pastor kepala buntung, yang bersembunyi di
balik pohon pisang.
Terkadang gue juga suka membaca
manga-manga bergenre seperti itu, yang biasa dikenal dengan nama “ Yaoi” Tetapi
manga-manga jepang jika menyerempet yaoi kebanyakkan terlalu vulgar dan menurut
gue lebih menarik menonton anime Jepang.
Seandainya saja gue terlahir
kembali, gue pingin banget jadi cowok dan jadian sama cowok. Tetapi kalo
kejadian seperti itu mama gue bisa stress dan gue bisa diputusin jadi anak.
Terkadang gue berfikir jadi cewek pun ada enaknya.
1.
Enggak
perlu disunat
2.
Bisa
liatin cowok cakep sebanyak-banyaknya
3. Biasanya
cewek suka dilindungin cowoknya, dan cewek bisa nangis dan manja-manjaan sama
cowoknya.
4. Tiap
kali nonton sama makan, dibayarin sama cowoknya. Pulang juga dianterin.
5. Bisa
digendong sama cowoknya, coba bayangin cowok digendong sama cewek. Mau kemana
harga diri tuh cowok..!!
Yang
paling gue enggak tahan adalah cowok bule, bisa dibayangin cowok yang satu
badan besar, ganteng, rambut hitam dan pasangannya cowok asia yang muda, badan
seksi sama imut-imut. Bisa megap-megap seharian gue nonton film dengan tokoh
seperti itu. Maklum kan, wanita fanatik dengan hubungan cowok dengan cowok.
Meskipun begitu, kalo dihadapkan hubungan sesama cewek, gue juga megap-megap
mual. Itu berarti gue normal kan? Apa setengah normal..
Ada satu film thailand yang dibeli
kakak gue dan filmnya tentang cewek sama cewek. Salah satu pemeran ceweknya
tomboy seperti cowok dan satunya feminim. Sebelumnya cewek feminim itu
straight, tapi akhirnya ketularan juga. Selama menonton, gue berusaha membuka
mata hati gue untuk menikmati film tersebut, awal-awal gue berusaha menganggap
cewek tomboy itu sebagai cowok ganteng, imut kaya cewek.
Ternyata cara tersebut enggak
mempan, hingga gue mulai sesak napas, mata kelap-kelip seperti lampu disko dan
akhirnya gue mematikan dvd karena tidak tahan. Hingga berikutnya kakak gue
membeli lagi seri dvd yang kedua dari film tersebut. Saat gue cerita sama temen
gue, dia hanya menggeleng dan bilang “ Adik, kakak sama aja yah hobinya.”
Ohh iya, satu lagi yang paling gue
enggak tahan adalah cowok dengan bibir merah, maksudnya merah alami, bukan
merah karena sariawan, atau habis ditonjok orang, apalagi habis nyoba lipstik
emaknya. Pernah suatu kali gue berbicara sama dosen gue, dan entah kenapa mata
gue malah tertarik melihat bibirnya, sesaat pikiran gue mulai berbicara “
bibirnya kering..”
“Iya juga yah..” Gue malah
mengiyakan.
“Bibirnya enggak enak dilihat” Sahut
pikiran yang lain.
“Terus masalah loe apa?” Bentak
pikiran yang lain..
Akhirnya
menit-menit pembicaraan dengan dosen tergantikan oleh pikiran tentang bibir
tersebut. Entah kenapa tiap kali berbicara dengan cowok selalu yang gue tatap
adalah bibirnya, mungkin bibirnya bengkak dibawah, atau diatas, ada juga jerawat
di bibir. Gue berharap enggak ada tumor dibibir, biar ketika berbicara gue
enggak parno dengan pikiran “ Kapan tuh tumor pecah, jangan di depan gue,
jangannnnnnn.....” Kemudian karena gue panik, akhirnya gue menyundul tumor di
tuh bibir.
Bagaimanapun
bibir adalah makhluk terseksi, gue berharap banget bibir gue bisa seperti
Angelina Jolie. Hemm... enggak mungkin banget deh..